Pembuatan Modul Ajar Berdiferensiasi dengan Pemanfaatan Artificial Intellegence

Kiri: Kepala SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Ibu Sri Darwati, S.Pd, M.Pd, Kanan: Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Bapak Warsidi, S.Pd., M.Pd.

Surakarta – SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai sekolah penggerak menggelar bimbingan teknis dengan tema “Pembuatan modul ajar berdiferensiasi dengan pemanfaatan artificial intellegence” di ruang aula lantai 2, kamis (7/9/2023).

Kegiatan ini merupakan pengimbasan sekolah penggerak dengan peserta guru dan kepala sekolah dari SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dan SMA Muhammadiyah 3 Surakarta.

Dalam sambutannya, Ibu Sri Darwati, S.Pd, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, menyampaikan pentingnya belajar bersama dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan benar. Salah satu langkah yang diungkapkan adalah pembuatan modul ajar yang dimulai dengan asesmen diagnostik, serta penekanan pada pembuatan modul ajar yang berdiferensiasi.

Melalui upaya ini, diharapkan kita dapat lebih memahami bagaimana mengimplementasikan kurikulum merdeka dalam pembelajaran sehari-hari. Semoga implementasi ini akan memberikan manfaat yang besar dalam memajukan kemajuan dan kepribadian anak-anak bangsa, pungkasnya.

Materi Pertama: Asesmen Diagnostik Awal dalam Proses Pembelajaran

Dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang pentingnya asesmen diagnostik awal dalam pembelajaran, Ibu Sri Darwati, S.Pd., M.Pd., menyampaikan materi pertama. Diskusi ini dimoderatori oleh Ibu Dra. Naniek Suprihatiningsih.

Ibu Sri Darwati, S.Pd, M.Pd saat menyampaikan materi

Pengertian Asesmen Awal: Memahami Murid Sebelum Pembelajaran

Asesmen awal adalah sebuah proses penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar dan kondisi awal murid sebelum memasuki proses pembelajaran.

Asesmen Diagnostik: Mendiagnosa Kemampuan dan Kelemahan

Tujuan dari asesmen diagnostik adalah untuk mendiagnosa kemampuan, keterampilan, dan kelemahan murid, serta gaya belajar peserta didik.

Manfaat dari asesmen diagnostik meliputi pemahaman penguasaan materi, tingkat kecakapan, motivasi, metode pembelajaran yang efektif, optimalisasi prestasi murid, dan pemantauan tingkat kemajuan murid.

Jenis Asesmen Awal: Kognitif dan Non-Kognitif

Asesmen awal terdiri dari dua jenis, yakni asesmen diagnostik kognitif yang berkaitan dengan potensi akademik dan pengetahuan, serta asesmen diagnostik non-kognitif yang berfokus pada aspek sosial dan emosional.

Pelaksanaan Asesmen Awal: Peran Guru dan Psikolog

Asesmen awal dapat dilakukan oleh guru dan psikolog untuk menilai kondisi psikologi, emosi, dan sosial siswa. Hal ini bertujuan untuk memahami tingkat kesejahteraan psikologi, aktivitas belajar siswa di rumah, kondisi keluarga, latar belakang pergaulan, identifikasi karakter, minat, dan gaya belajar peserta didik.

Asesmen Formatif dan Sumatif: Memberikan Umpan Balik dan Memastikan Pencapaian

Asesmen formatif bertujuan memberikan umpan balik kepada guru dan murid serta memantau dan meningkatkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sementara asesmen sumatif diberikan secara berkala setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan untuk memastikan pencapaian pembelajaran. Contoh asesmen sumatif mencakup tes tulis, portofolio, penugasan, dan proyek.

Asesmen Diagnostik Non-Kognitif: 7 Instrumen Penting

Asesmen diagnostik non-kognitif mencakup tujuh instrumen, yaitu latar belakang keluarga, kesiapan belajar, kebiasaan belajar, motivasi belajar, minat belajar, gaya belajar (diisi oleh murid), dan harapan orang tua (diisi oleh orang tua).

Cara Menerapkan Asesmen Awal: Langkah-Langkah Penting

Langkah-langkah menerapkan asesmen awal meliputi perancangan instrumen asesmen, pelaksanaan asesmen yang menyenangkan, pengisian survei kesiapan belajar, pemetaan kesiapan siswa, penyusunan hasil asesmen, pelaksanaan asesmen, analisis rapor, identifikasi kompetensi, dan penggunaan data hasil asesmen untuk perencanaan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan murid.

Tahap Asesmen Diagnostik Non-Kognitif: Persiapan, Pelaksanaan, dan Diagnostik

Pada tahap persiapan asesmen diagnostik non-kognitif, dibutuhkan instrumen asesmen yang mencakup gambar atau emoji yang mendukung suasana hati murid, serta tabel, pernyataan, atau pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan. Tahap pelaksanaan dan diagnostik dilakukan untuk memahami aspek psikomotor, yang dapat dimasukkan ke dalam asesmen diagnostik non-kognitif.

Peserta kegiatan pengimbasan sekolah penggerak

Materi Kedua: Meningkatkan Pembelajaran Melalui Diferensiasi

Dalam upaya untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan individu murid, Ibu Dewi Wulandari, S.Pd., memandu sesi kedua tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Sesi ini difasilitasi oleh moderator, Ibu Sriyatmi, S.Pd.

Pembelajaran Berdiferensiasi: Respon Terhadap Kebutuhan Murid

Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengakomodasi kebutuhan yang beragam dari setiap murid.

Indikator Keberhasilan: Kesejahteraan Siswa dan Peningkatan Keterampilan

Indikator keberhasilan dari pembelajaran berdiferensiasi termasuk kenyamanan siswa selama proses pembelajaran, peningkatan keterampilan mereka, kesuksesan belajar, dan kemampuan untuk merefleksikan diri terkait kemampuan mereka.

Diferensiasi Berdasarkan Kebutuhan Peserta Didik

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat tiga pendekatan diferensiasi berdasarkan kebutuhan peserta didik:

  1. Visual
  2. Audiovisual
  3. Kinestetik

Diferensiasi untuk Kesiapan Belajar

Selain itu, diferensiasi juga dapat dilakukan berdasarkan kesiapan belajar yang melibatkan tiga aspek utama:

  1. Konten (penggunaan berbagai sumber/bahan belajar yang bervariasi)
  2. Proses (menggunakan berbagai media untuk memfasilitasi proses pembelajaran)
  3. Produk (menghasilkan berbagai jenis hasil pembelajaran sesuai dengan minat murid)

Modul Ajar Berdiferensiasi: Fokus pada Peserta Didik

Modul ajar yang berdiferensiasi diarahkan untuk memusatkan perhatian pada peserta didik dengan diferensiasi dalam konten, proses, dan produk pembelajaran. Dalam presentasi ini, diberikan contoh pembuatan modul ajar berdiferensiasi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, dengan komponen meliputi informasi umum, komponen inti, dan lampiran.

Materi Ketiga: Praktik Penyusunan Modul Ajar Berdiferensiasi dengan Pemanfaatan Artificial Intelligence

Bapak Yainuri Setyanto, S.Pd., memandu sesi ketiga yang menyoroti Praktik Penyusunan Modul Ajar Berdiferensiasi dengan Pemanfaatan Artificial Intelligence.

Bapak Yainuri Setyanto memimpin peserta dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya melalui platform Google Classroom. Selanjutnya, guru-guru yang hadir diminta untuk menyiapkan laptop masing-masing. Mereka juga diinstruksikan untuk membuka format modul ajar yang telah dipersiapkan oleh Bapak Yainuri Setyanto di dalam Google Classroom dan menggunakan prompt chat GPT untuk menciptakan modul ajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kegiatan yang dimulai setelah salat Duhur, berlangsung hingga pukul 15.30 ketika peserta berhasil menyelesaikan praktik penyusunan modul ajar dengan bantuan chat GPT.

Dalam momen penutupan, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Surakarta, Bapak Warsidi, S.Pd., M.Pd., mengucapkan rasa terima kasih yang besar kepada SMA Muhammadiyah 2 Surakarta yang telah menjadi penyelenggara acara ini. Beliau merasa lega dan bahagia melihat partisipasi peserta dari SMA Muhammadiyah 3 Surakarta dalam kegiatan ini.

Bapak Warsidi berharap bahwa pengetahuan yang diperoleh dalam acara ini akan dapat diterapkan dengan baik di sekolah mereka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Poto bersama pasca kegiatan selesai

Penulis: Judin, S.Pd.I

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top